2025: Akhir Diskon Gila-gilaan? Strategi Baru Biar Toko Kamu Tetap Laku
- DWStory
- 28 Agu
- 2 menit membaca
Beberapa tahun terakhir, marketplace di Indonesia identik dengan promo besar-besaran: gratis ongkir, voucher cashback, sampai flash sale serba Rp1. Namun memasuki 2025, tren mulai bergeser. Bakar uang sudah tidak lagi jadi andalan. Seller harus menemukan strategi baru supaya toko tetap laku meski tanpa diskon ekstrem.
1. Konsumen Mulai Jenuh dengan Diskon
Fakta menarik: survei terbaru menunjukkan konsumen urban (Jakarta, Surabaya) sudah terbiasa dengan promo. Artinya, diskon tidak lagi menjadi faktor penentu. Yang lebih dicari justru kepercayaan, kualitas, dan pengalaman belanja yang menyenangkan.
2. Konten Jadi Senjata Utama
Ketika diskon tidak lagi dominan, konten mengambil peran utama dalam menarik konsumen. Live streaming, video unboxing, dan storytelling produk terbukti lebih efektif membangun engagement. Konsumen merasa lebih dekat dengan brand, bukan sekadar pembeli musiman.
Contoh nyata: brand makanan lokal di Surabaya berhasil meningkatkan penjualan dengan membuat konten behind the scenes proses produksi. Tanpa diskon besar, penjualan tetap stabil karena konsumen percaya pada kualitas.
3. Personal Branding Owner
Pembeli sekarang ingin tahu siapa orang di balik toko online. Pemilik brand yang berani muncul di kontenāentah lewat live streaming, podcast singkat, atau sekadar cerita di media sosialālebih mudah membangun trust.
Di 2025, personal branding bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan. Konsumen lebih percaya membeli produk dari orang yang mereka rasa kenal dibanding toko anonim tanpa identitas.
4. Strategi Bundle dan Value Tambahan
Daripada diskon besar, seller bisa bermain dengan strategi bundle atau value tambahan. Misalnya, menjual skincare dalam paket lengkap, atau roti dengan tambahan spread gratis. Konsumen merasa mendapatkan lebih banyak, tanpa harus menurunkan harga produk utama secara drastis.
5. Visual Produk Tetap Penting
Meski tren diskon bergeser, satu hal tetap tidak berubah: visual produk. Foto dan video berkualitas memberi kesan premium dan membuat harga produk terlihat sepadan. Konsumen akan lebih mudah menerima harga normal jika visual produk terlihat meyakinkan.
Di sinilah tools sederhana seperti alas foto, properti estetik, dan setup pencahayaanĀ berperan. Brand seperti MotoDWĀ menyediakan perlengkapan fotografi dan jasa styling yang bisa membantu UMKM menjaga tampilan produk tetap konsisten. Investasi kecil di visual bisa jadi jauh lebih efektif daripada perang diskon yang menguras margin.

'Era diskon besar-besaran perlahan mulai berakhir. Konsumen tidak lagi hanya mencari harga termurah, tapi pengalaman yang lebih personal, visual yang meyakinkan, dan cerita yang bisa mereka percayai.
Bagi seller, ini saatnya fokus pada strategi konten, personal branding, serta kualitas visual produk. Dengan begitu, toko bisa tetap laku tanpa harus bergantung pada promo yang semakin mahal biayanya.




Komentar